Ketika Takdir Merubahmu Menjadi Lebih Baik
Ketika Takdir Merubahmu Menjadi Lebih Baik
Seantero Kota Jakarta hampir mengenal gadis
cantik bernama Nathlie. Gadis keturunan konglomerat dari pasangan Dwi Saputra
dan Lisyana. Terlahir dari pasangan konglomerat, membuat hidup Nathlie serba berkecukupan.
Segala sesuatunya serba ada dan tersedia. Mungkin kekurangan Nathlie hanya
satu, kekurangan kasih sayang orang tuanya. Setiap minggu, orang tuanya harus
pergi ke luar kota untuk menangani bisnis. Mereka di rumah hanya untuk tidur,
bahkan setiap jam sarapan tiba, kedua orang tuanya sudah tidak menampakkan
batang hidungnya.
Di
kampus, Nathlie termasuk mahasiswi yang populer, bukan karena prestasi ataupun
kekayaannya melainkan karena ia sering bergonta-ganti pasangan. Maklum, gadis
yang kini berusia dua puluh tahun itu amat cantik, dengan rambut pirang dan
wajah ayu memesona, membuat para pria antre untuk bisa berkencan dengannya.
Jika biasanya seorang anak dari konglomerat memiliki banyak teman, tapi hal itu
tidak berlaku bagi Nathlie. Siapa sih yang sudi untuk berteman dengan gadis
angkuh dan play girl seperti Nathlie? Ucapan itu kerap didengar Nathlie,
tapi ia tidak pernah menggubris apa yang dikatakan oleh temannya. Toh itu nyata
dan tidak hanya sekadar gosip.
***
Hari ini, langit begitu cerah meskipun sudah
sore. Tampak Nathlie begitu bersemangat ketika kelas sore telah usai. Ia
berjalan menuju gerbang, sembari bernyanyi ria. Tampak seorang laki-laki yang
tengah duduk di pos satpam. Lelaki itu tidak lain adalah Gilang, pacar ke-sebelasnya
selama dua tahun kuliah. Gilang ini
sangat jauh dari kata sempurna. Muka pas-pasan, duit pas-pasan, pokoknya semua
hal tentang dia pas-pasan. Satu yang lebih dari dia yaitu rasa kasih sayang dan
pedulinya begitu besar. Entah untuk keluarga, Nathlie, teman-temannya ataupun
seisi alam raya ini.
Setelah setengah jam perjalanan, mereka sampai
di panti asuhan. Ini kali pertama, Nathlie menginjakkan kaki di tempat seperti
ini. Belum memasuki ruang tamu panti, mereka sudah dikerumuni anak-anak kecil
yang terlihat akrab dengan Gilang. Rupanya setiap sebulan sekali, ia
mengunjungi panti ini. Akan tetapi sudah tiga bulan ini ia tidak berkunjung
karena sibuk dengan urusan kuliah dan kegiatan mahasiswa. Satu anak perempuan
tiba-tiba meraih tangan Nathlie sambil menyunggingkan senyum. Nathlie terkejut,
ketika mendapati tangan anak itu kotor oleh tanah. Dengan cepat, Gilang menahan
Nathlie untuk tidak memarahi anak kecil itu. Lalu, Gilang membawa Nathlie ke
area yang ada di panti untuk mencari air
kran.
“Sini tanganmu, biar aku bantu bersihkan,”
tawar Gilang.
“Aku bisa sendiri kok,” balas Nathlie.
“Yaudah. Aku tunggu di dalam panti ya,” ujar Gilang
sambil melangkahkan kakinya.
“Eh tunggu. Ini udah selesai kok.”
Mereka kemudian berjalan memasuki panti. Di sana sudah ada pemilik
panti yang sedang duduk menemani anak-anak bermain. Selama dua jam mereka juga
bermain dengan anak-anak. Mereka terlihat bahagia, terutama Nathlie yang sedari
tadi tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa karena kelakuan anak-anak di
panti.
“Kamu kalau lagi senyum cantik Nath,“ tukas Gilang
“Ya
emang aku cantik. Baru sadar?“ canda Nathlie.
“Cantik
sih. Tapi kalau senyum gini jadi nambah,“ puji Gilang
“Apaan
sih. Pulang yuk. Dah malam nih,“ pinta Nathlie yang menyadari hari sudah gelap
“Siap
tuan putri,“ jawab Gilang mengiyakan.
Kendaraan Gilang sudah melesat di jalanan ibu
kota. Udara malam terasa semilir dan suasana yang ramai berubah menjadi sepi
ketika melewati jalan kecil. Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara klakson
dari geng motor yang menghampiri mereka.
“Berhenti
kalian!“ teriak salah seorang dari geng motor.
“Gimana
nih, Lang. Aku takut,“ ucap Nathlie
“Tenang
Nath, tidak usah panik. Aku akan mengebut
untuk menghindari mereka.“
Gilang yang berusaha menghindari geng motor
itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan saat mengendarai motornya. Ia menabrak
pohon dan alhasil mereka berdua terjatuh lalu tak sadarkan diri. Melihat Gilang
dan Nathlie pingsan, geng motor tersebut lantas pergi. Setelah lima belas menit
tergeletak di tanah, mereka dilarikan ke rumah sakit oleh warga setempat.
Nathlie
pun akhirnya siuman. Ia mendapat kabar dari suster bahwa Gilang keadaannya
sangat parah dan ia ingin segera bertemu dengan Nathlie. Dibantu suster, ia pun
menuju tempat dimana Gilang dirawat.
“Nath,
geng motor itu adalah teman dari Dafa. Dafa itu kakaknya Reno, mantan kamu.“
“Hahh.
Terus kenapa mereka nyerang kita?”
“Dafa mau bales dendam
sama kamu. Gara-gara adiknya, sudah dibuat menderita sama kamu Nath.“
“Maaf Lang. Gara-gara aku,
kamu juga kena.“
“Gapapa Nath. Ini mungkin sudah
takdirku. Kamu harus janji ya sama aku, kamu ngga akan mainin perasaaan orang
lagi karena itu menyakitkan. Aku tahu kamu mungkin ngga pernah cinta sama aku
yang serba pas-pasan ini. Tapi, kamu perlu tahu Nath, aku sangat mencintai
kamu. Aku ngga peduli seberapa buruk kamu dimata orang-orang.“
“Terima kasih Lang. Sudah
mau mencintaiku setulus itu. Aku harap kamu cepet sembuh ya. Maafin aku selama
ini sudah mempermainkan perasaanmu. Aku sudah menelepon kedua orang tuamu untuk
merawatmu. Jaga dirimu baik-baik. Aku pamit.“
Nathlie memutuskan untuk menjauhi Gilang. Ia
tak ingin lagi menampakkan wajahnya di depan Gilang dan teman-temannya di
kampus. Semenjak kejadian itu, Nathlie memutuskan untuk pindah ke kampung
halamannya di Sukabumi. Kini, ia berubah menjadi gadis cantik yang sederhana
dan berhati mulia. Hari-harinya dipenuhi oleh canda dan tawa bersama kakek dan
neneknya. Sementara orang tuanya kerap mengunjungi Nathlie setiap dua minggu
sekali atau sebulan sekali ketika sedang sibuk. Melihat Nathlie sekarang ini,
mungkin kalian akan iri akan kecantikan dan akhlaknya yang berbanding lurus.
Marmelade, 21 Januari 2021
Leave a Comment