Beasiswa ISAP Programm di Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Teil 2



Beasiswa ISAP Programm di Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Jerman

Moin moin, Liebe Leser und Leserinnen!
Kita kembali lagi nih, masih bersama Kak Vinny yang akan berbagi cerita dan pengalamannya mulai dari persiapan keberangkatan ke Jerman hingga cerita menarik selama di Jerman. Yuk langsung aja kita simak, viel Spaß beim Lesen! J

Teman-teman dari Kelas A PBJ 2016, BDS 2018, dan orang tercinta ikut mengantar ke Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta

               Beberapa hari sebelum keberangkatan kami berpamitan dahulu kepada dosen-dosen di jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, serta kepada Wakil Rektor IV Universitas Negeri Yogyakarta. Tepat pada tanggal 26 Februari 2019 kami berangkat dari Bandara Internasional Adisutjipto. Kami bertiga diantar oleh orang tua masing-masing. Banyak pula teman-teman dan orang tercinta yang ikut mengantar kami ke bandara. Lama penerbangan dari Indonesia ke Jerman membutuhkan waktu kurang lebih 24 jam. Dalam penerbangan ini kami melakukan 3 kali transit, yaitu Jogja-Jakarta, Jakarta-Amsterdam, dan Amsterdam-Düsseldorf. Ini adalah penerbangan pertama ku ke Eropa dan ini juga pertama kalinya aku naik pesawat. Sungguh hal yang menyenangkan sekali dan sangat patut disyukuri bisa mendapat kesempatan seperti ini.
               Di dalam pesawat kami menikmati pelayanan yang sangat baik dari maskapai penerbangan. Kami disajikan makanan dan cemilan yang enak pun sehat bergizi, pada masing-masing tempat duduk terdapat TV kecil yang berisi hiburan seperti film, musik, dan juga serial TV. Setelah beberapa jam kami duduk di pesawat, kami pun tiba di Bandara Schiphol Amsterdam, Belanda. Kami transit selama kurang lebih 5 jam dan menikmati suasana baru yang sejuk di Amsterdam. Pada saat itu kami hampir saja ketinggalan pesawat karena kami terlalu asyik menikmati suasana dan duduk di waiting room. Untung saja kami tidak ketinggalan, dan 30 menit kemudian kami pun tiba di Bandara Internasional Düsseldorf.
               Setelah kami tiba di Bandara Düsseldorf, kami mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Sekian lama kami menunggu di bagian pengambilan barang ternyata koperku dan Inggrid hilang. Kami bertiga seketika panik dan khawatir karena barang-barang kami semua ada di koper tersebut. Kami bertanya mengenai koper kami yang tidak ditemukan kepada petugas yang ada di sana, lalu petugas tersebut mengatakan kami harus melaporkannya ke bagian Gepäckermittlung (informasi tentang pencarian bagasi). Setelah kami melaporkan bahwa koper kami hilang dan menuliskan alamat tempat tinggal kami, petugas bagasi mengatakan bahwa koper akan dikirim dalam waktu 2 hari ke alamat tempat kami tinggal. Mendengar pernyataan itu kami agak sedikit lega.
Kami tiba di Jerman pada tanggal 27 Februari 2019 sekitar pukul 14.00 CET dan kami dijemput oleh salah satu teman kami, yaitu Sonja. Kami menginap dirumahnya sampai pada tanggal 1 Maret. Mengingat kejadian koper yang hilang, kami bersyukur karena dibalik ini ada hikmahnya, yaitu kami tidak terlalu berat membawa beban karena jarak dari bandara ke rumah Sonja tergolong jauh. Kami masih harus naik bus dan jalan kaki selama kurang lebih 15 menit. Sesampainya di rumah Sonja, kami langsung makan yang dimasakkan oleh Sonja dan kemudian istirahat. Keesokan harinya, wir haben schon einen Termin mit Miriam Siegrist harus sudah berada di kampus pukul 9 pagi. Kami pergi menuju ke Universitätskasse yang terletak di Rontgenstraße 17 untuk mengambil jatah bulanan kami. Lalu kami pun berjalan mengelilingi lingkungan kampus, kota, dan mengakhiri jalan-jalan dengan minum coklat panas di Fam Café yang terletak di Frauenstraße. Beberapa saat kemudian kami pun pulang kembali ke rumah Sonja. Sore hari itu terasa sangat melelahkan karena sisa rasa capek dan pegal-pegal masih terasa. Tak lama kemudian kami pun tertidur pulas hingga esok pagi.


Vor der evangelichen Christuskirche

Pada tanggal 1 Maret 2019 kami bertiga berpisah. Hari itu aku mulai tinggal di Lengerich, sedangkan Inggrid dan Reggy tinggal di Sendenhorst. Jarak tempat tinggal kami bertiga dikatakan cukup jauh karena harus menempuh waktu kurang lebih 40-50 menit jika naik kereta dan bus. Aku dijemput oleh Vermieterin-ku, Meriam Ben Fradj, menggunakan mobil dan aku langsung menuju ke Bürgeramt untuk lapor diri bahwa akan tinggal di Lengerich untuk beberapa waktu. Di hari yang sama aku diajak oleh Meri untuk jalan-jalan ke Innenstadt Lengerich. Kota ini memang kecil, namun tak kalah indah dengan Münster.

Auf der Straße in der Innenstadt Lengerich


Sebelum kuliah dimulai kami bertiga diharuskan untuk mengikuti Sprachkurs (kursus bahasa) terlebih dahulu. Keseharianku di Jerman selama perkuliahan belum dimulai memang belum terlalu sibuk, hanya membaca roman-roman milik Meri, bernyanyi dan bermain gitar, belajar memasak, dan menonton film. Agak langweilig memang, karena Sprachkurs kami baru akan dimulai tanggal 18-28 Maret. Pada tanggal 6 Maret kami bertiga diundang Frau Svenja dan Frau Stude zum Frühstück di Café Malik (terletak di depan Schloss WWU). Kedatangan kami di Jerman disambut dengan hangat oleh mereka. Setelah itu kami jalan-jalan sebentar.

Menu Mittagessen in F24

Pada pukul 14.00 kami juga ada janji untuk bertemu dengan Pia Müller, ia adalah salah satu mahasiswi dari WWU Münster yang tahun kemarin mengikuti ISAP Programm di Jurusan PB Jerman UNY. Siang itu kami jalan-jalan ke Prinzipalmarkt, pasar di Münster yang terkenal akan sejarah, kemewahan, dan keindahan pada waktu malamnya. Saat jalan-jalan kami merasa lapar kembali lalu kami pergi untuk makan siang bersama. Kali ini kami makan siang di Café F24, sebenarnya nama Café ini diambil dari lokasinya, yaitu di Frauenstraße nomor 24. Selama seminggu di Jerman ini kami bertiga harus membiasakan diri memakan makanan Jerman, dan mau tidak mau harus lepas sementara dari nasi, yang mana kata orang Indonesia, kalau belum makan nasi namanya ‘belum makan‘. Makan siang kali ini aku menyantap Istanbuler Hähnchen mit Curry, kalau Inggrid, Reggy, dan Pia memakan Börek mit Gemüse und Joghurtsoße. Awalnya aneh emang rasanya, tapi lama kelamaan enak juga. Sehabis makan kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Sholawat bersama Nasheed-Sängerin Cordoba e. V

Aku, Reggy, dan Inggrid diundang pada sebuah acara islami di Osnabrück yang diselenggarakan oleh komunitas Islam bernama Cordoba. Acara yang diadakan pada tanggal 9 Maret 2019 ini dinamakan Gesangsabend für Frauen. Sesuai dengan namanya disitu kami bersholawat dan juga sharing. Disediakan juga kue, teh, kopi, jus, dan jajanan kecil khas Jerman lainnya. Kami merasa sangat beruntung sekali karena masih bisa bertemu dan berkumpul dengan orang-orang muslim di Jerman, yang mayoritas masyarakatnya beragama Katholik. Serasa berada di rumah sendiri. Mereka ada yang berasal dari Turki, Tunesia, Afrika, dan juga Jerman. Orang-orang di komunitas ini pun sangat ramah dan kami bertiga disambut dengan hangat. Setelah menghadiri acara Frauentag di Osnabrück, Reggy dan Inggrid pun menginap di rumah sewaku di Lengerich. Keesokan harinya kami merasa sangat senang dan bersyukur sekali karena masih diberi kesempatan untuk melihat salju, walaupun bulan Maret sebenarnya sudah memasuki musim semi. Kami sangat gumun dan dengan girang menangkap salju, meski hanya sesbentar, namun kami sudah merasa puas. Setidaknya sudah pernah merasakan salju itu seperti apa.

















St. Paulus Dom                                                  Überwasserkirche
Beberapa hari kemudian aku dan Reggy jalan-jalan ke Überwasserkirche dan Sankt-Paulus Dom. Kedua gereja ini adalah gereja terkenal yang ada di Kota Münster. Setelah dari sana, kami lanjut untuk datang ke Stadtbücherei. Bisa dibilang ini adalah perpustakaan, toko buku, toko musik, dan ada studio juga. Tempat ini sangat lengkap, besar, megah, dan nyaman sekali jika dijadikan untuk tempat membaca dan mengerjakan tugas. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, kami mampir sholat dulu di masjid yang ada di dekat Münster Hauptbahnhof. Nama masjidnya adalah DITIB Moschee. Jika berada di Masjid Turki ini rasanya nyaman, tenang, adem, dan sangat damai.



DITIB Moschee in der Nähe vom Hauptbahnhof

Beberapa hari kemudian, kami mendapat kabar bahwa pada tanggal 17 Maret 2019 akan ada sosialisasi pemilu presiden RI yang diselenggarakan di Humboldt Haus, tepatnya di RWTH (Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule) di kota Aachen. Universitas ini adalah tempat dimana B.J. Habibie, Presiden RI ketiga, dahulu menempuh studinya. Saat itu kami bingung, haruskah kami datang kesana? Karena mengingat Semesterticket kami baru berlaku mulai 1 April. Dengan Semesterticket ini kami bisa pergi kemana saja menggunakan bus dan kereta, selama itu masih dalam Bundesland/negara bagian Nordrhein-Westfalen. Jika menggunakannya sebelum tanggal berlaku, maka kemungkinan besar akan diturunkan di tengah-tengah perjalanan oleh petugas/kontroller tiket. Akhirnya kami memutuskan untuk nekat pergi ke Aachen, dengan modal pura-pura tidak tahu jika memang nanti ada kontroller tiket. Daaannn… Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Aachen tanpa adanya petugas yang mengecek tiket kami. Ketika sampai di Aachen kami mengunjungi acara utama, yaitu sosialisasi pemilu. Disana kami disuguhkan dengan makanan Indonesia, ada rendang, krupuk udang, sambal terasi, dan sayur-sayuran. Baru saja dua minggu di Jerman, rasanya sudah rindu masakan Indonesia.
Setelah acara selesai, kami pun beranjak pergi mengunjungi sebuah museum yang bernama Centre Charlemagne. Museum ini menyajikan pengetahuan tentang sejarah di kota Aachen, yang merupakan kotanya Karl der Große. Museum bersejarah ini menjelaskan tentang kota Aachen dari Zaman Neolitik hingga hari ini. Pamerannya dalam bentuk permanen, pengunjung diajak untuk mengenal tokoh, peristiwa, dan kisah terpenting Aachen. Jika kita ingin mengetahui sejarah dari masing-masing objek, pada masing-masing objek telah disediakan speaker seperti gagang telepon, dan kita bisa mendengar sejarahnya sendiri.






Innen von Centre Charlemagne
Usai dari Centre Charlemagne, kami berfoto-foto dan menikmati pemandangan di sekitar Aachen. Banyak sekali pengunjung yang datang dan ramai, namun meskipun begitu, kota ini tetap bersih dan tertib.




Di depan Aachener Dom bersama Karima
Tidak terasa tanggal 18 pun tiba, kami bersiap untuk Sprachkurs. Sayangnya kelas kami berbeda, Reggy dan Inggrid di Gruppe 2 (Niveau B2) dan aku ada di Gruppe 3 (Niveau C1). Kursus bahasa kami dimulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 20.00 dengan istirahat 30 menit pada pukul 17.30. Sungguh hari yang sangat melelahkan jika kita tidak enjoy. Di dalam kelas kursus kami, terdapat mahasiswa dari berbagai negara, seperti Turki, Kroasia, Ceko, Slowakia, Polandia, Italia, Yunani, dan masih banyak lagi. Intensiv Sprachkurs di kelasku ini diajar oleh Herr Gabriel Kacik. Dalam mengajar beliau sangat jelas, tegas, dan mudah dipahami. Selama pelajaran berlangsung aku merasa kelas ini sangat kondusif, teman-teman di kelas juga ramah dan aktif, Herr Kacik juga ketika mengajar mampu memberikan semangat tersendiri bagi mahasiswanya. Pelajaran yang diajarkan sangat runtut. Pertama kami diberi bahan/materi untuk berdiskusi tentang Münster, persiapan kuliah di Münster, dan juga tempat mana saja yang wajib dikunjungi oleh mahasiswa baru. 90 menit pertama kami melatih kemampuan lesen, sprechen, dan juga diberi tahu tentang wawasan baru mengenai Jerman. Kemudian 90 menit selanjutnya kami fokus pada Grammatik/Strukturen und Wortschatz. Bagian yang paling kusukai adalah ketika pembahasan Grammatik, weil ich sie liebe. Materi yang dibahas tidak jauh-jauh dari apa yang telah diajarkan di UNY. Menurutku, metode yang diajarkan Herr Kacik sangat komunikatif dan ku sudah mengenal metode tersebut. Metodenya yaitu Expertengruppenpuzzle. Selain itu, media yang digunakan juga
variatif, yaitu dengan lagu, video, permainan, dll.





Im Stadtmuseum Münster
Pada hari Jumat tanggal 22 Maret 2019, aku mengunjungi Stadtmuseum Münster bersama dengan teman-teman dari kelas kursus dan didampingi juga oleh dosen kami. Sebelum mengunjungi museum ini, kami diberi tugas berupa pertanyaan dan mengenai tema yang jawabannya bisa kita temukan di museum ini. Kami mengamati dengan jeli bagaimana sejarah kota Münster mulai dari abad ke 18 hingga saat ini. Banyak sekali benda-benda peninggalan sejarah dan juga pengetahuan mengenai tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa penting di Münster. Di dalam museum ini kami tidak boleh membawa makanan, minuman, dan sebenarnya juga tidak boleh mengambil foto, tetapi untungnya ada penjaga museum ramah dan baik yang menawarkan untuk memfoto kami. Untuk masuk ke museum ini tidak dipungut biaya sepeserpun karena kami adalah mahasiswa. Bagian dalam dari museum ini juga sangat rapi, tertata, indah, dan didesain sesuai dengan waktu terjadinya sejarah. Setelah mendapatkan informasi dari kegiatan observasi di Stadtmuseum ini, aku dan teman sekelompokku mempresentasikan di depan kelas tentang tema yang kami dapat pada pertemuan terakhir kursus. Alhamdulillah kelompokku dapat memaparkan dengan lancar dan mendapat pujian presentasi paling bagus.




Presentasi über die berühmte Persönlichkeiten in Münster



Erasmus StudentInnen und der Dozent
Intensiv Sprachkurs pun selesai, kini saatnya untuk sedikit refreshing. Pada tanggal 28 Maret 2019, aku, Reggy, dan Inggrid diajak Frau Svenja ke Aasee, sungai terkenal yang ada di Münster. Disana udaranya sangat segar dan pemandangannya sangat indah. Bisa dibilang ini adalah spot favorit kami. Tempat ini sangat enak sekali untuk joggen, Fahrrad fahren, dan berjemur saat musim panas.



Am Aasee, Münster, Deutschland
Setelah seharian menikmati suasana di Aasee, kami memutuskan untuk pulang dan melanjutkan refreshing kembali pada besok malamnya. Bertepatan pada malam Sabtu, kami mengunjungi Send. Send adalah acara yang diadakan setiap 3x dalam setahun. Pasar malam dengan atraksi terbesar yang ada di Münsterland (Größte Kirmes) ini diadakan mulai dari tanggal 23 - 31 Maret 2019. Ibarat kata, Send itu seperti Sekaten, tapi yang bikin beda di Send ini adalah ada pesta kembang api (das Feuerwerk). Kembang api ini berdurasi kurang lebih 10 menit. Selain itu, ada banyak wahana permainan yang dapat dinikmati di Send ini, antara lain kincir angin (Riesenrad), ombak banyu, cangkir-cangkiran, sejenis tornado yang ada di Ancol, scary house, dll. Banyak juga makanan yang dijual disana, tetapi harganya relatif sedikit mahal. Pada saat itu aku mencoba untuk membeli Zuckerwatte (gula-gula kapas/arumanis) dan Langos (makanan khas Hongaria).


Di wahana permainan Riesenrad

               Setelah puas menyaksikan kembang api dan menaiki wahana permainan, kami pun pulang ke rumah masing-masing karena mengingat jam sudah pukul 23.00. Kami masih harus terus menyimpan energi dan menjaga kesehatab tubuh karena hari Senin kami sudah mulai masuk kuliah.


                  Perkuliahan kami di Westfälische Wilhelms-Universität ini dimulai sejak tanggal 1 April – 31 Juli 2019. Mata kuliah yang kami dapat disini disesuaikan dengan mata kuliah yang ada di UNY, jadi nilai kami selama kuliah disini akan ditransfer ke UNY. Jadwal kuliah kami bervariasi. Kami bertiga tidak selalu mendapat kelas yang sama, ada 3 mata kuliah yang kelasnya berbeda. Jenis perkuliahannya juga beragam, ada yang disebut dengan istilah Vorlesung (berada dalam ruang kelas yang berkapasitas kurang lebih dua ratus mahasiswa dan hanya mendengarkan materi dari dosen pengampu), Seminar (seperti perkuliahan biasa yang kita lakukan setiap hari di UNY, namun diminta agar berperan aktif dalam prosesnya), Blockseminar (seminar yang dilakukan 3x dalam 1 semester).
              
               Ketika ada jeda kelas kuliah dan merasa lapar, kami makan di Mensa (kantin kampus). Makanan di Mensa sangat beragam, bergizi, dan enak. Setiap hari Mensa menyediakan menu makanan yang berbeda. Harganya juga murah dan sesuai dengan kantong mahasiswa. Untuk pembayarannya, kita hanya perlu menempelkan Studentenausweis (KTM) di mesin yang ada di kasir. Sebelum itu, KTM-nya harus diisi saldo terlebih dahulu, caranya kita hanya tinggal memasukkan uang kertas ke dalam mesin lalu KTM kita akan otomatis terisi saldo. Setelah makan selesai, tidak ada tradisi meninggalkan piring bekas makan di meja, kami harus membereskannya sendiri pada tempat yang sudah disediakan. So typisch Deutschland! Aku suka akan kerapian dan ketertibannya. Andaikan di kampus FBS bisa seperti ini, ups!!!
              
               So ist das, meine besondere Erfahrungen in Deutschland. Bagi adik-adik atau teman-teman yang memiliki keinginan untuk studi di Jerman, jangan takut untuk bermimpi dan berusaha disertai doa. Karena dari mimpi, tak sedikit keinginan dan cita-cita dapat tercapai. Segala kesuksesan dan keberhasilan ada di tangan kalian, barangsiapa yang bersungguh-sungguh dan yakin, maka hasilnya akan sangat memuaskan. Ingat!! Usaha tak akan mengkhianati hasil, begitu juga sebaliknya.
Nah, bagaimana nih teman-teman? Sudah termotivasi kan? Sudah pingin banget ke Jerman kan?
Yuk kita ikuti jejak Kak Vinny dan kawan-kawan. Langkah awalnya harus kita mulai dari sekarang, harus bersemangat kuliah sejak dari semester awal, harus meluruskan niat dan yakin bahwa mimpi dan harapan kita akan terwujud meski harus bersusah payah terlebih dahulu. Ada pepatah Jerman mengatakan ‚‚Aller Anfang ist schwer. Ende gut, alles gut. Es ist noch kein Meister vom Himmel gefallen‘‘. Maknanya adalah semua permulaan pasti sulit, namun jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka semuanya akan terasa mudah. Untuk mencapai kesuksesan tidak ada jalan yang instan.
Semoga bermanfaat dan sampai bertemu di postingan selanjutnya!
Auf Wiedersehen!! (VS/20)


2 komentar:

  1. Wah seru sekali ketika membaca pengalaman Vinny di sana! Terima kasih ya sudah berbagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih sudah membaca kak Vita ☺️

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.