Lomba Pidato Bahasa Jerman Dies ke - 50 UNY
Sabtu, 10 mei 2014 lalu, UNY mengadakan olimpiade bahasa
dalam rangka dies ke 50 UNY yang kemudian lebih dikenal dengan jargon “UNY
EMAS”. Bahasa yang dilombakan pada kesempatan kali ini adalah seluruh bahasa
yang ada di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), yaitu Jawa, Indonesia, Inggris,
Jerman dan Prancis. Yang menarik dalam
penyelenggaraan olimpiade bahasa ini adalah munculnya lomba-lomba yang tidak
biasa diadakan, bahkan bisa dikatakan ini yang pertama kali. Dari
bahasa Jerman sendiri ada lomba Pidato yang mengusung tema “Fuhrungsperson, die menschlich, profesionell sein und starken
Charakter haben” atau Mewujudkan generasi pemimpin yang humanis,
professional dan berkarakter.
Peserta yang mengikuti lomba ini pun bukan hanya dari UNY
saja, melainkan juga dari beberapa universitas negeri lainnya yang memiliki
Program Studi (prodi) bahasa Jerman, seperti Universitas Negeri Jakarta (UNJ),
Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan juga Universitas Negeri Malang (UM).
Untuk menambah gengsi dari perlombaan ini, panitia juga
menghadirkan juri yang berkompeten dalam bidang bahasa Jerman.
Juri-juri tersebut adalah Dra. Tri Kartika Handayani, M.Pd. yang merupakan
dosen dari jurusan pendidikan bahasa Jerman UNY.
Svenja Vӧlkert, M.A. dari DAAD yang ditugaskan menjadi dosen di UNY.
Kemudian ada Bernie Liem, Sprach.Diplom. yang merupakan guru bahasa Jerman sekaligus pengusaha di Yogyakarta.
Total peserta dalam kegiatan lomba kali ini ada 15
peserta. Setelah acara dibuka oleh MC, juri kemudian membacakan aturan
perlombaan. Juri memberi kesempatan pada peserta waktu untk berpidato di depan
maksimal 15 menit dan ada time keeper yang akan selalu mengingatkan peserta akan
waktu yang telah digunakan.
Peserta pertama pun maju dan kemudian dilanjutkan oleh
peserta lainnya. Pidato-pidato yang diutarakan oleh setiap peserta mengandung
makna akan pentingnya sosok pemimpin yang didamba oleh masyarakat Indonesia.
Salah satu peserta dengan lantang mengucapkan “Wir müssen gegen Armut und Dummheit kämpfen” atau “Kita harus
berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan”. Bukan hanya itu saja, salah satu
peserta dengan nama Aldelta Zoraya bahkan coba menunjukkan bahwasanya
kepemimpinan bisa dipelajari dari hal yang sederhana, seperti tarian. Di dalam
penampilannya pun ia coba menggambarkan seorang pemimpin juga harus bisa
memotivasi orang-orang di sekitarnya ketika ada yang berbuat salah karena “Irren ist menschlich” atau “Kesalahan
itu manusiawi”.
Setelah semua peserta menunjukkan kebolehannya dalam
berpidato, kemudian peserta keluar ruangan
dan memberikan waktu kepada juri untuk memutuskan siapa yang jadi
pemenangnya.
Setelah
menunggu hampir dua jam akhirnya Nada Muthia Zahra dari UNJ tampil sebagai
juara pertama, kemudia menyusul di tempat kedua AA Sagung dari UNY sebagai
juara kedua dan ditempat ketiga ditempati oleh Nisa Annisa dari UNJ.
Begitulah sebuah kejuaraan. Ada yang menang, ada juga
tentunya yang kalah. Tapi bagi Ema Safitri, salah seorang peserta, lomba ini
lebih dari sekedar mencari siapa pemenangnya. “Secara keseluruhan acara ini
keren, karena jarang sekali ada yang mengadakan. Selain ajang adu bakat, acara
ini juga merupakan ajang silahturahmi bagi mahasiswa bahasa Jerman seluruh
Indonesia.”ujar Ema lebih lanjut. Ya, semoga dari kegiatan ini,
muncul kegiatan-kegiatan akademis bagi mahasiswa, bahasa Jerman tentunya, yang
akan menjadi ajang berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa bahasa Jerman seluruh
Indonesia. (esaf)
Leave a Comment